Saturday, January 1, 2011

G-20 Resmi Gantikan G-8 Atur Perekonomian Dunia

Konferensi Tingkat Tinggi negara kelompok ekonomi 20 (G-20) hari kedua di Pittsburgh, yang juga dihadiri oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, secara resmi menyatakan bahwa Kelompok G-20 secara permanen menggantikan keberadaan G-8.
“Sistem kerja sama ekonomi internasional yang lama sudah berakhir. Sistem yang baru dimulai hari ini,” kata Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.
Dengan demikian, Kelompok-20 secara resmi mengambil alih tugas dan pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa dasawarsa oleh G-8, kelompok yang beranggotakan negara lebih kaya.
PM Inggris yakin bahwa G-20, yang sekarang beranggotakan tidak hanya negara maju tetapi juga kekuatan ekonomi yang baru muncul seperti China, Brazil dan India, akan menjadi “organisasi ekonomi utama yang akan mengatur perekonomian di seluruh dunia”.
Presiden Yudhoyono, Presiden AS Barack Obama dan para pemimpin lain negara G-20 pada hari Jumat melakukan serangkaian pertemuan di David L. Lawrence Convention Center untuk membahas masalah-masalah utama yang masih mengancam perekonomian dunia.
Mereka antara lain membahas upaya menghindarkan lembaga-lembaga keuangan melakukan langkah-langkah beresiko yang dapat menyebabkan terjadinya krisis.
Para pemimpin G-20 pada Jumat juga menyepakati usul AS untuk membentuk kerangka pertumbuhan ekonomi seimbang dan berkelanjutan –sebagai upaya menangani melonjaknya defisit anggaran AS serta surplus besar perdagangan China.
Kerangka tersebut, seperti yang diungkapkan PM Brown, akan menentukan sasaran ekonomi bagi masing-masing negara.
Dana Moneter Internasional (IMF) secara berkala –setiap tahun– akan memeriksa pencapaian sasaran tersebut, namun tidak akan memberikan sanksi kepada negara-negara yang tidak dapat mencapai sasaran.
Presiden Yudhoyono
Selain membahas upaya menangani krisis perekonomian dunia bersama para pemimpin negara lain, Presiden Yudhoyono pada pelaksanaan KTT G-20 hari Jumat itu juga menjadi pembicara utama dalam sesi pembahasan soal Perubahan Iklim.
Pada sore harinya, Presiden dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama, dilanjutkan dengan pertemuan dengan PM Australia Kevin Rudd.
Pembicaraan-pembicaraan bilatera tersebut direncanakan berlangsung di Parlour Suite, Hotel Westin –tempat Presiden Yudhoyono menginap.
Sementara itu, Ibu Negara Ani Yudhoyono pada Jumat pagi bergabung dengan Ibu Negara AS Michele Obama dan pasangan para pemimpin lain G-20 dalam menjalani program kunjungan ke beberapa tempat, termasuk ke Museum Andy Warhol.

Pemerintah Waspadai Krisis Eropa Sebagai Tantangan 2011

Pemerintah akan mewaspadai krisis yang terjadi di negara-negara Eropa khususnya Yunani sebagai tantangan ekonomi Indonesia dalam merumuskan kebijakan fiskal tahun 2011.
“Kombinasi antara tanda-tanda pemulihan dan ketidakpastian di Eropa akan menjadi tantangan ekonomi ke depan dalam merumuskan kebijakan fiskal 2011,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sidang paripurna mengenai kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2011 di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan krisis Yunani memaksa negara-negara Eropa Barat melakukan kebijakan penyelamatan, walau saat ini kegoncangan mulai ditenangkan namun langkah-langkah korektif masih akan panjang dan sulit, termasuk melakukan pemangkasan defisit anggaran.
“Situasi Eropa masih menyimpan potensi ketidakpastian yang akan memberatkan pemulihan ekonomi dunia,” ujar Menkeu.
Menurut dia, krisis di Eropa mengingatkan bahwa kebijakan ekonomi yang buruk dan tidak sustainable seperti ekspansi fiskal tidak terencana (sembrono), meskipun terlihat memberikan solusi jangka pendek dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi, namun ternyata dalam jangka panjang menimbulkan krisis yang dalam dan serius.
“Indonesia harus terus menjaga agar kebijakan ekonomi disusun dengan kombinasi kehati-hatian dimana instrumen makro ekonomi ditujukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas ekonomi jangka panjang, sedangkan kendala struktural harus diatasi melalui kebijakan reformasi secara menyeluruh dan berkelanjutan,” ujarnya.
Menkeu menambahkan, saat ini, walau secara umum kinerja perekonomian dunia menunjukkan perbaikan, namun situasi ekonomi masih dikatakan rapuh dan penuh ketidakpastian.
“Negara seperti Portugal, Italia, Spanyol, Irlandia, dan Yunani berpotensi mengalami kondisi fiskal yang sangat berat dengan rasio utang pemerintah jauh di atas tingkat maksimum yang disepakati yaitu 60 persen dan kondisi ini membuat jatuhnya kepercayaan kepada surat utang negara-negara tersebut dan menyeret perlemahan mata uang Euro,” ujarnya.
Ia mengatakan, ancaman dari sisi global yang disebabkan munculnya krisis ekonomi di Eropa akibat kebijakan fiskal yang sangat ekspansif, dengan tingkat defisit anggaran yang sangat tinggi dan dalam jangka waktu lama, menghasilkan krisis utang negara.
“Situasi di Eropa tersebut akan berpotensi menyebabkan krisis keuangan yang meluas, akibat dampak sistemik kepercayaan yang menurun. Pelemahan mata uang Euro, dan jatuhnya harga surat utang negara yang berpotensi mempengaruhi kesehatan sektor keuangan dan perbankan,” ujarnya.

Industri Telekomunikasi Diprediksi Tumbuh 12,5%

Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran yang signifikan dalam membantu mempercepat akselerasi bisnis di berbagai sektor industri.
Salah satu teknologi yang akan menjadi trend di tahun 2011 adalah Cloud Computing.
 Cloud Computing merupakan teknologi yang memungkinkan sharing kapasitas server dan storage, software, platform secara multi-tenant dan on-demand melalui  jaringan privat dan internet.
Menurut Bambang Priantono, Direktur Operasi PT Lintasarta menyatakan Cloud Computing memberikan benefit bagi perusahaan berupa cost efficiency, fleksibilitas, virtualisasi, otomasi, kemudahan akses, service management dan lain-lain.
Hal itu dikatakan Bambang pada acara  seminar bertajuk “Business Strategy Conference : Outlook and Trend 2011″ bertempat di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Business Strategy Conference menampilkan tema Economic Outlook 2011, Indonesian Business Trend 2011 dan Trend ICT 2011: Cloud Computing
Dalam keterangannya, pengamat Ekonomi, Anggito Abimanyu, mengungkapkan pemulihan perekonomian dunia 2011 akan terjadi meskipun dengan situasi ketidakseimbangan global dan mendorong perekonomian Indonesia terus bertumbuh.
Anggito juga menambahkan di tahun 2010 terlihat kenaikan investasi riil dari impor barang modal dan kenaikan pertumbuhan kredit serta kepercayaan pelaku ekonomi.
Dengan kebijakan insentif investasi, sektor manufaktur diharapkan akan tumbuh diatas 5 persen tahun depan meskipun ada ancaman deindustrialisasi.
Selain pertumbuhan di sektor manufaktur, sektor komunikasi juga  akan mengalami pertumbuhan 12.5 persen dan sektor konstruksi juga akan mengalami pertumbuhan 8.5 persen.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang positif di hampir seluruh sektor industri merupakan momentum yang tepat bagi para pelaku bisnis untuk berinovasi dan melakukan ekspansi bisnis.

Bank Dunia Ingatkan Resiko Pembalikan Modal dan Inflasi

Bank Dunia mengingatkan pemerintah Indonesia agar mewaspadai bertambahnya resiko pembalikan arah aliran modal asing dan tekanan inflasi pada 2011.

Kedua hal ini akan menjadi tren global yang diprediksikan mewarnai perekonomian dunia sepanjang tahun depan.

Menurut Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri, ada dua tantangan bagi Indonesia ke depan. Pertama, mengelola resiko berlanjutnya derasnya aliran modal asing (capital inflow).

Membanjirnya likuiditas di portofilo ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti tingginya tingkat imbal hasil (yield) di Indonesia, kuatnya prospek pertumbuhan, dan peningkatan kelayakan kredit.

“Aliran dana tersebut bisa membawa manfaat, seperti menurunkan biaya pendanaan. Tetapi juga dapat meningkatkan keprihatinan terhadap ekonomi makro dan kehati-hatian kebijakan,” ujarnya dalam laporan Triwulanan Ekonomi Indonesia terbaru yang diluncurkan Bank Dunia pada Kamis (16/12).

Tantangan kedua, lanjut Shubham, adalah meningkatnya tekanan inflasi terutama akibat tren kenaikan harga komoditas non energi di dunia, seperti bahan pangan dan bahan baku.

Pada 2011, harga-harga komoditas nonenergi diprediksikan akan naik seiring menguatnya permintaan dari pasar-pasar kekuatan ekonomi baru, terutama China, serta ekspansi moneter di Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Di laporannya, Shubham mengingatkan pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan kesempatan-kesempatan yang muncul sebagai akibat tingginya aliran masuk modal dan harga komoditas. “Termasuk di antaranya, seperti meningkatkan insentif bagi penanaman modal asing untuk membantu mengalihkan aliran masuk ke investasi dengan jangka yang lebih panjang,” ujarnya.

Seiring dengan pergerakan Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan, Bank Dunia memperkirakan agar modal asing akan semakin memegang peranan. Ini jika sistem peraturan di Indonesia memiliki kepastian dan konsistensi yang lebih besar, dan pemerintah berusaha memperbaiki konektivitas di dalam dan antarpulau dan dengan dunia internasional.

Penyerapan Anggaran Masih Jadi Tantangan 2011

Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan lambatnya penyerapan anggaran masih akan menjadi tantangan pada 2011. “Daya serap belanja pemerintah pusat dan daerah masih tetap menjadi ancaman terhadap kesinambungan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi pada 2011,” ungkap Ketua KEN, Chaerul Tanjung dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia 2011 di Jakarta, Senin (20/12).
Pada 2010, APBN 2010 tampak memiliki niat yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu terlihat dari rasio defisit APBN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 2,1 % . Defisit direncanakan sebesar itu karena didorong rencana pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai proyek pembangunan.
Namun rendahnya realisasi anggaran menyebabkan kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi relatif rendah. Dalam tiga triwulan pertama 2010, pertumbuhan konsumsi pemerintah baru mencapai minus 4,6 %. Hal ini perlu diperhatikan dan diperbaiki di masa mendatang.
Menurut KEN, selain daya serap anggaran, pekerjaan rumah yang masih tertunda selama beberapa tahun ini antara lain keterbatasan penyediaan infrastruktur, dan pengendalian pembengkakan subsidi energi.
Tantangan lain di 2011 antara lain kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset dan inflasi karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal asing, risiko terhentinya arus modal masuk bahkan penarikan kembali dalam jumlah besar. Tantangan dan risiko lain adalah peningkatan daya saing, risiko berkaitan dengan politik/hukum, dan risiko perubahan iklim, bencana alam, dan krisis keuangan.
Mengenai prospek perekonomian Indonesia 2011, KEN memperkirakan masih mengalami perbaikan dan tumbuh di kisaran 6,4 %. Pertumbuhan diharapkan disumbangkan oleh pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga dan kenaikan pertumbuhan ekspor.
Belanja pemerintah diperkirakan lebih baik setelah pemerintah belajar dari tahun ini. Mereka diharapkan melakukan perbaikan sistem, proses, prosedur penganggaran dan belanja baik pusat maupun daerah. “Kami menatap 2011 dengan optimis, namun tidak mengesampingkan risiko-risiko yang mungkin terjadi dan antisipasi yang perlu dilakukan,” kata Chaerul Tanjung.
Dia juga menilai masyarakat Indonesia masih cederung pemalas. Menurutnya, bila ada perubahan pola pikir (mindset) maka bisa menjadi bangsa yang bekerja keras dan perbaikan ekonomi bisa terjadi lebih cepat. “Bangsa kita ini agak sedikit malas, karena gemah ripah loh jinawi. Kerja sedikit tetap makan kok,” ujar Chairul.
Berdasar pengalamannya yang pernah belajar di China, ia mengungkapkan bahwa negara sosialis komunis tersebut melakukan transformasi mindset terhadap masyarakatnya. “Pada tahun 1978 mindset dirubah, di mana di sana itu orang miskin atau kemiskinan itu bukan bagian dari sosialisme. Dan kaya adalah hak orang sosialis,” ujarnya.
Dengan demikian, Indonesia harus dapat mengubah pola pikirnya menjadi bangsa yang bekerja keras. Karena, dengan bekerja keras perbaikan ekonomi akan terdorong dan bahkan pertumbuhannya bisa mencapai 8%. “Kita rubah bangsa ini dengan bekerja lebih keras jangan cepat berpuas diri agar bisa tumbuh ekonomi kita dari mencapai 7% bahkan sampai 8% ke depan,” ujarnya.
Selain itu, Chairul berharap adanya kerja sama dengan semua pihak terutama dunia usaha. Pasalnya, peran pemerintah akan semakin kecil nantinya dalam perekonomian, karena akan beralih ke sektor dunia usaha.

Waspadai Tiga Risiko ekonomi di 2011

Terdapat tiga risiko yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan internal dan eksternal dalam perekonomian Indonesia yang perlu diwaspadai sejak dini. Ketiga fator tersebut adalah ketidakpastioan ekonomi global, capital inflow, dan tekanan inflasi.
Risiko dari ketidakseimbangan ekonomi global seperti melambatnya ekonomi negara maju dan moderasi akselerasi emerging market dapat menyebabkan menurunnya permintaan eksternal terhadap ekspor emerging market termasuk Indonesia.
Sementara derasnya aliran modal asing (capital inflow) dan isu perang kurs di mana kebijakan quantitative easing tahap kedua dari AS akan mengakibatkan berlanjutnya aliran capital inflow yang deras dan tekanan apresiasi nilai tukar emerging market termasuk rupiah.
Sedangkan kuatnya permintaan domestik untuk mendorong pertumbuhan di emerging market termasuk Indonesia akan mendorong peningkatan tekanan inflasi terutama bila respon sisi penawaran tidak secepat akselerasi sisi permintaan.
“Sejumlah risiko tersebut perlu diwaspadai untuk menjaga keseimbangan internal dan eksternal agar peningkatan ekonomi nasional berkelanjutan,” pungkas Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo dalam Proyeksi Ekonomi 2011 yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Kamis (23/12) pekan lalu.
Sementara pengamat ekonomi Indef, Deniey Adi Purwanto memprediksi kondisi perekonomian pada 2011 masih diwarnai dengan peningkatan arus modal yang semakin deras dan berpotensi menyebabkan gelembung (bubble). “Ada beberapa antisipasi yang harus dilakukan karena ada resiko peningkatan inflow dari ketidakpastian pemulihan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat dan kontraksi ekonomi China serta India,” ujarnya.
Untuk itu, ia mengatakan diperlukan instrumen dan kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya gelembung dan arus balik dana jangka pendek (sudden reversal). Menurut dia, kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia seperti kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM), pelonggaran Devisa Netto (PDN) dan penghentian sementara penerbitan SBI 1 bulan dan 3 bulan untuk mengatasi arus modal, berjalan kurang efektif.
“Kebijakan ini ditujukan untuk menahan derasnya inflow, sambil berharap mengalihkan pada investasi sektor riil jangka panjang. Namun, ketersediaan infrastruktur, serta energi menjadi masalah mutlak untuk mentransformasi dana tersebut untuk investasi jangka panjang,” ujar Deniey.
Risiko lain yang mungkin dihadapi pada 2011, ia menambahkan adalah semakin terbukanya sistem perdagangan global dan peningkatan harga komoditas dunia serta ketidakpastian iklim yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan menyebabkan tekanan inflasi. “Semuanya memerlukan tindakan antisipasi dan diperlukan satu sistem mitigasi yang dapat mengelola resiko menjadi oportunitas,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk itu dibutuhkan akselerasi untuk menghadapi semua tantangan tersebut dengan mempercepat peningkatan infrastruktur dan energi dan pemulihan intermediasi perbankan. Kemudian, lanjut dia, juga diperlukan percepatan revitalisasi industri pengolahan dan pertanian serta percepatan pembangunan daerah perbatasan dan daerah tertinggal.
Selain itu, pemerintah juga perlu untuk mengefektifkan fungsi-fungsi anggaran negara dengan mempercepat penyerapan anggaran, terutama yang terkait dengan pembangunan infrastruktur, energi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Penyerapan anggaran harus ditingkatkan agar lebih efektif, kalau hanya sekitar 70-80 % penyerapan tiap tahun, apakah anggaran efektif untuk tujuan pembangunan infrastruktur seperti jembatan,” ujarnya.
Secara keseluruhan, dengan pertimbangan kondisi perekonomian 2010, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6,0 hingga 6,4 % dengan baseline 6,1 %, inflasi pada kisaran 5,8-6,2 %, nilai tukar pada perkiraan Rp8.900-Rp9.300 dan SBI 6,4-6,6 %.
Sementara Chief Economist Dana Reksa Institute, Purbaya Yudi Sadewa dalam “HIPMI Economic Outlook 2011″ di Jakarta, Kamis mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 bisa mencapai 6,4 %, selain karena ekspektasi pasar yang tetap positif trennya, juga harus ada keberanian dari pemerintah untuk mencapai target dan program yang telah dicanangkan.
Ia memperkirakan, situasi Indonesia yang kondusif ini hingga 2016, ekonomi akan terus ekspansif sehingga bisa dikatakan ke depan akan sangat cerah. “Hambatannya cuma satu yakni prilaku sistem yang jarang berubah,” katanya.
Ekonomi senior Mirza Adityaswara malah menilai, saat ini kondisi Indonesia seperti era 90-97 yang ditandai dengan stabilnya politik, pasar finansial booming dan suku bunga berada pada level terendah sepanjang sejarah, serta perbankan sehat karena sudah direkap semua. “Artinya perbankan sudah punya modal dan bahkan beberapa sudah right issue. Jadi, bisa dibilang 80 % dari ekuitas mendukung untuk pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, untuk bisa tumbuh 6,3-6,5 % sangat mungkin dicapai dan bila ingin lebih tinggi harus kerja lebih keras lagi, terutama penyediaan infrastruktur dan koordinasi pusat-daerah dan penyerapan APBN dan APBD.
Namun, tambah Mirza, tantangan yang layak diwaspadai adalah apakah Eropa benar-benar bisa keluar dari krisisnya. “Tapi saya yakin masa IMF dan Amerika mau akan dibiarkan jatuh lagi untuk kedua kalinya setelah krisis global 2008. Kalau ini bisa dilewati, maka 2011 bisa dilewati dengan baik,” katanya.
Sementara itu, bagi pebisnis yang juga Chief Executive Officer (CEO) Northstar Pacific, Patrick Waluyo, dirinya kuatir dengan persoalan inflasi yang dikhawatirkan akan menjadi masalah, terutama terkait dengan rencana pembatasan subsidi BBM yang pada sisi lain adalah menaikkan harga jualnya ke harga pasar.
“Itu jelas akan memicu inflasi. Jika tak terkendali bisa hingga 40 %. Jika ini terjadi, maka otoritas moneter pasti akan memainkan instrumen suku bunga lagi dan akhirnya terjadi pelambatan ekonomi. Ini harus dipikirkan oleh pemerintah,” katanya.
Namun, jika hal itu bisa dikendalikan dengan baik, maka posisi dan situasi ekspansif ekonomi Indonesia akan tetap terjaga. “Kongkritnya, saat ini adalah waktu yang tepat untuk ekspansi. Kita punya pondasi yang baik. Iklim yang baik. Mestinya kita dalam posisi yang baik. Waktunya untuk ekspansi habis-habisan. Kita lihat juga banyak sekali investor luar bahkan mau masuk ke Indonesia,” katanya.

Pemerintah genjot produksi pangan dalam negeri

Pemerintah berusaha meningkatkan produksi pangan dalam negeri untuk menghadapi tantangan perekonomian tahun 2011. Salah satu caranya meminta pemerintah daerah fokus menggenjot produksi pangan nasional.
Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Dedi Masykur Riyadi mengatakan, pihaknya sudah menginstruksikan Pemerintah Jawa Barat memberi perhatian besar pada produksi pangan. “Begitu juga dengan Jambi,” katanya, Selasa.



146911744p Pemerintah genjot produksi pangan dalam negeri

Dedi menjelaskan, peningkatan produksi pangan dalam negeri ini untuk mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri. Maklum saja, dalam kurun waktu tiga bulan terakhir harga komoditi pangan dunia seperti jagung, beras, gandum, dan gula cenderung naik karena produsen membatasi stok.
Pemerintah menargetkan, besaran peningkatan produksi pangan sama dengan tahun 2010. Selain itu, pemerintah juga berharap kemampuan stok pangan nasional diperkirakan relatif sama dengan tahun 2010 yakni 1,5 juta ton per bulan.
Selama ini, Dedi mengakui produksi pangan belum sebanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Karena itu, pemerintah berencana memberikan insentif bagi petani untuk berproduksi berupa harga pembelian pemerintah terhadap beras dan gabah, serta dukungan subsidi input. Namun, upaya ini masih harus berhadapan dengan tantangan anomali iklim dan kompetisi penggunaan lahan.

Perekonomian Indonesia Berpotensi Membaik

Wakil Presiden Boediono menegaskan Indonesia memiliki potensi untuk mengelola  ekonomi secara baik, hingga memiliki pertumbuhan yang baik.
“Potensi kita cukup banyak, untuk dapat kita kelola dan aktualisasikan pada perekonomian kita pada tahun 2010,” katanya, pada seminar meneropong perekonomian Indonesia 2010 di Jakarta, Rabu (9/12).
Wapres yang mengutip analisis majalah The Economist mengatakan, ada beberapa potensi yang mendukung Indonesia dapat keluar dari krisis bahkan dapat memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan cepat. Potensi itu antara lain, Indonesia memiliki struktur kependudukan “muda” di mana usia produktif pada lima hingga sepuluh tahun mendatang akan lebih banyak. Kedua, kondisi fiskal yang cukup baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.  “Indonesia masih memiliki ruang untuk membangun sektor keuangannya meski pun dalam kondisi krisis karena kondisi fiskalnya cukup baik,” ujarnya.
Boediono menambahkan, selain dua faktor tersebut ada hal lain yaitu adanya pemerintah yang kuat untuk melakukan reformasi termasuk dalam bidang ekonomi serta keempat stabilitas politik yang cukup baik. “Empat hal itu, yang seharusnya dapat kita jaga sebagai modal pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik pada tahun mendatang,” ujarnya.
Hal lain yang perlu diaktualisasikan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional lebih baik adalah hubungan yang baik antara semua elemen bangsa. “Kita harus punya komitmen bersama yang kuat kemana bangsa ini akan dibawa,” ujar Boediono.
Wapres mengingatkan, masyarakat agar tidak membuang energi di luar agenda pembangunan.  “Kalau kita cinta kepada negeri ini, kita memakai momentum ini untuk membangun bersama. Jangan buang energi yang tujuannya di luar itu. Sayang,” kata Boediono.
Menurutnya, energi sosial kadang kala terbuang karena diarahkan untuk kepentingan yang tidak jangka panjang. Elit ekonomi politik harus punya visi, harus punya kesepakatan. Boediono mengatakan, energi masyarakat merupakan energi yang luar biasa. Karena itu jangan disiakan. “Asal elitnya itu mengarahkan dengan benar, negara ini akan baik. Sebenarnya kalau pakai analisa ekonomi yang simple, nasib negara ini ada di tangan elitnya,” demikian Wapres.

Konser “Moluccan Wind Bamboo Orchestra” Pukau Penonton

Penampilan peniup suling bambu yang tergabung dalam Moluccan Wind Bamboo Orchestra saat tampil pada konser di Taman Budaya Karang Panjang, Ambon, Maluku, Kamis (3/12). (ANTARA/ Jimmy Ayal)
Ambon (ANTARA News) – Konser suling bambu yang dilakukan kelompok “Moluccan Wind Bamboo Orchestra” memukau ratusan penonton yang memenuhi Taman Budaya Karang Panjang, Ambon, Kamis.
Konser itu merupakan ketiga kalinya digelar kelompok pencinta musik suling bambu yang merupakan musik khas masyarakat Maluku itu, pimpinan Maynart Reinold Nathaniel Alfons sejak dibentuk tahun 1996.
Maynart yang akrab dipanggil Rein itu juga bertindak sebagai komposer dan arranger sekaligus sebagai konduktor pada “Moluccan Wind Bamboo Orchestra” itu.
Moluccan Wind Bamboo Orchestra merupakan kelompok musik tradisional hasil binaan Taman Budaya Maluku sejak tahun 2006 dengan anggota dari berbagai profesi mulai dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, tukang ojek, penyadap nira, pengemudi becak, montir bengkel, polisi, gusu SD, wiraswasta, PNS dan pensiunan PNS.
Konser tunggal yang didukung Marachristy Choir dari Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan (Stakpen) Ambon itu dibuka dengan tembang “Rayuan Pulau Kelapa” ciptaan Ismail Marzuki yang diaransir dengan musik ala keroncong untuk merangsang rasa nasionalisme masyarakat untuk mencintai tanah airnya.
Ratusan penonton acap kali bertepuk tangan sebagai penghargaan dan juga digiring untuk membangkitkan semangat keambonannya melalui lagu “Spirit Ambon” hasil ciptaan Wali Kota Ambon, Jopi Papilaja berkolaborasi dengan musisi beraliran balada asal Ambon Frengky Sahilatua dan dilanjutkan dengan tembang “I Have A Dream” milik grup musik ABBA, tetapi dinyanyikan penyanyi cilik Vivi Iaane dengan versi grup musik Westlife.
Para penonton pun dibuat terkesima dengan komposisi “Nurani Jagat” hasil karya Reynart yang merupakan perpaduan kontemporer antara suling bambu dipadu alat musik perkusi dan musik tradisional Ambon “totobuang” yang mengisahkan kehancuran bumi karena ketidakadilan, kepongahan dan keserakahan manusia.
Sedangkan pada komposisi musik “Kintal” (pekarangan) komponis sengaja menampakkan perbedaan sangat tajam dalam permainan bunyi-bunyi dengan pola rithim yang berbeda tetapi memiliki frase yang sama dan menghasilkan simphoni yang apik sehingga membuat para penonton semakin terlena.
Tiga mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta juga dilibatkan untuk mendukung konser tersebut yakni Ronaldo Alfons dengan permainan flutenya, Gregorius Geriyanto (piano) dan Erick Alfons pada biola dan musik tradisional Totobuang.
Di penghujung konser kelompok musik itu memainkan komposisi musik yang diberi judul “nesa” (bahasa salah satu suku di Maluku) yang berarti damai dan ditutup dengan tembang “Damai Bersama Mu” yang dinyanyikan peraih gold pada Pesparawi tingkat nasional tahun 2009 di Kalimantan Timur, Mariony Serhalawan.
Kadis Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Maluku, Florance Sahusilawane dalam kesempatan itu, mengatakan orkestra suling bambu telah berkembang di Maluku sejak abad 16 lalu dan menjadi bagian sejarah dan kebudayaan masyarakat yang hingga kini masih berkembang dengan baik.
Dia menilai, para seniman mampu mengeksploitasi kemampuan secara alamiah, yang merupakan bakal alam dengan memadukan warna suara berbeda suling bambu sehingga menghasilkan irama yang merdu untuk didengar setiap orang.
Pihaknya, kata Sahusilawane akan terus mengembangkan seni dan budaya tradisional termasuk suling bambu, terutama untuk membangun rasa cinta generasi muda terhadap warisan peningalan leluhur itu.
Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Pemberdayaan Rosnawati Arsyad menyatakan konser tersebut bernilai positif untuk pengembangan seni musik tradisional di Maluku agar tidak punah.
Selain itu menjadi sarana berkarya generasi muda yang inovatif guna memperkaya khasanah budaya bangsa.
“Konser ini menjadi momentum strategis dan sejalan dengan upaya pemprov Maluku mengembangkan dan mempromosikan seni budaya tradisional sebagai salah satu pilar utama penyangga pembangunan di daerah ini,” ujar Gubernur.
Gubernur Ralahalu berharap seni musik khususnya suling bambu semakin diminati masyarakat termasuk generasi muda dan anak-anak, dan tidak saja menjadi musik pengiring dan penunjang ibadah saja, tetapi dapat mendunia.

Konsumsi topang laju PDB tahun ini

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2009 diperkirakan dapat mencapai 4,7% PDB atau lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi Bank Indonesia sebesar 4,3% karena ditopang oleh kuatnya sisi konsumsi.
Chief Economist Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menyebut beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi dapat melaju dengan cepat pascakrisis keuangan global.
Faktor itu a.l. daya beli masyarakat yang terjaga dengan baik karena inflasi yang terkendali, tingkat suku bunga yang cenderung turun, dan perekonomian dunia yang mulai membaik.
“Perkiraan BI sedikit konservatif. Menurut indikator peringatan dini Danareksa, ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi 2009 lebih tinggi dari perkiraan BI,” katanya kepada Bisnis kemarin.
Purbaya menjelaskan sejak Maret 2009 ekonomi Indonesia sudah memasuki fase ekspansi yang selanjutnya terjadi akselerasi pertumbuhan pada bulan-bulan berikutnya. “Saat ini, Indonesia sudah memasuki fase ekspansi penuh dengan laju pertumbuhan yang menuju laju pertumbuhan potensial.”
Destry Damayanti, Chief Economist Mandiri Sekuritas, menilai laju pertumbuhan ekonomi sepanjang 2009 yang diperkirakan tumbuh 4,3% karena ditopang oleh konsumsi masyarakat, di tengah lesunya ekspor dan investasi.
“Cuma ke depan, Indonesia nggak bisa hanya mengandalkan konsumsi masyarakat. Investasi juga harus tumbuh supaya inflasi bisa di-manage,” katanya.
Dari Istana Negara, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimistis situasi politik yang kurang kondusif beberapa bulan terakhir tidak menimbulkan penundaan realisasi penanaman modal asing (PMA). Bahkan kategori investasi ini diyakini bisa tumbuh hingga 15% pada 2010.
Kepala BKPM Gita Wirjawan menegaskan berbagai kebijakan investasi yang lebih ramah dan juga penyederhanaan proses perizinan penanaman modal melalui pelayanan terpadu satu pintu akan turut mendorong PMA untuk tumbuh pada kisaran 10%-15% pada tahun ini.
Sejauh ini, katanya, pihaknya tidak menemukan kasus penundaan realisasi investasi oleh kalangan investor asing akibat sejumlah isu politik yang terjadi di dalam negeri. “Sama sekali tidak ada. Kasus Bank Century [yang belum terselesaikan] juga tidak [berpengaruh],” ujarnya kemarin.
Menurut dia, perkiraan tumbuhnya realisasi PMA hingga 15% dibandingkan dengan tahun lalu memang sama dengan target kenaikan investasi langsung yang dicatatkan BKPM secara keseluruhan. Kondisi PMA tahun ini lebih baik dari 2009 yang anjlok 28%, karena ekonomi tahun ini akan keluar dari krisis global.
Proyeksi BI
Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian nasional sepanjang 2009 tumbuh sebesar 4,3% atau lebih tinggi dari perhitungan bank sentral sebelumnya sebesar 4% PDB karena didorong oleh permintaan domestik.
Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution mengingatkan kendati lebih tinggi dari perkiraan terdahulu, dampak gejolak ekonomi global belum sepenuhnya usai.
Menurut dia, selain ditopang oleh permintaan domestik yang masih meningkat, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh optimisme dan ekspektasi percepatan pemulihan ekonomi global yang semakin kuat. Ini terjadi terutama sejak pertengahan tahun lalu. “Termasuk meningkatnya respons kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.”
Untuk tingkat inflasi 2009 yang tercatat 2,78% atau jauh di bawah sasaran inflasi Bank Indonesia 4,5% � 1%, dia menegaskan kondisi ini semakin menjaga ekspektasi pelaku ekonomi. Ke depan, laju inflasi 2010 diperkirakan meningkat pada kisaran 5% � 1% seiring dengan pemulihan ekonomi.
Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2009 akan mencapai 4,4%. Hal itu juga disebabkan angka inflasi yang cukup terkendali.
“Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV ini memang mulai membaik,” katanya.
Dia menambahkan arah kebijakan suku bunga acuan atau BI Rate mendatang akan disesuaikan dengan arah inflasi.
Kemarin BI Rate kembali dipertahankan di level 6,5%. Angka itu dianggap masih relevan dalam mengawal sasaran inflasi sampai paruh pertama tahun ini.

Indonesia Kebanjiran Dana Asing

Tidak salah jika pemerintah begitu optimistis menyambut 2010. Terbukti, pada pekan pertama sejak bursa saham tahun ini dibuka secara perdana oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Senin 4 Januari lalu, total dana asing yang masuk ke sistem keuangan Indonesia, mencapai Rp 8,1 triliun.
Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengungkapkan, sepanjang pekan pertama 2010, dana asing yang masuk dalam instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) naik Rp 5,4 triliun. Pada kurun waktu yang sama, dana yang masuk ke instrumen Surat Utang Negara (SUN) juga naik Rp 2,7 triliun. “Masuknya dana asing terkait dengan prospek ekonomi domestik yang baik,” ucap Hartadi, Minggu 10 Januari.
Data BI juga menunjukkan, porsi kepemilikan SBI oleh asing meningkat dari Rp 44,1 triliun (Desember 2009) menjadi Rp 49 triliun per 8 Januari lalu. Adapun porsi kepemilikan asing instrumen SUN naik dari Rp 106,3 triliun (akhir Desember) menjadi Rp 109 triliun (Jumat, 8 Januari 2010).
Menurut Hartadi, prospek positif ekonomi Indonesia ditangkap oleh investor setelah melihat hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI periode Januari yang menunjukkan optimisme atas perekonomian Indonesia 2010. “Selain itu, (arus modal masuk) didukung pula dengan sentimen positif perekonomian global ke arah emerging market (pasar negara berkembang),” katanya.
Hartadi mengatakan, derasnya aliran dana asing tersebut mendorong pergerakan positif nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan. Sebab, dengan berburu aset di Indonesia seperti SUN, SBI, maupun saham, maka investor asing harus menukarkan aset dolarnya dengan rupiah. “Banyaknya permintaan terhadap rupiah membuat mata uang ini terapresiasi,” terangnya.
Sepanjang pekan lalu, data kurs tengah BI menunjukkan rupiah memang menguat signifikan, mulai dari Rp 9.330 per USD pada Senin 4 Januari hingga mencapai Rp 9.228 per USD pada Kamis 7 Januari, sebelum akhirnya terkoreksi tipis ke Rp 9.240 per USD pada Jumat 8 Januari. Adapun IHSG juga ditutup di teritori positif pada akhir pekan lalu, Jumat 8 Januari di level 2.614, dengan transaksi harian hingga Rp 6 triliun.
Namun, derasnya aliran dana asing ke sistem keuangan Indonesia juga memicu kekhawatiran. Pasalnya, dana tersebut masuk dalam instrumen investasi dana pendek yang bisa saja ditarik sewaktu-waktu dan menjadi hot money.
Ekonom Suistainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H Wibowo menilai, pemerintah dan BI perlu memperketat regulasi di pasar modal dan pasar keuangan untuk mengendalikan aliran hot money. “Semua langkah untuk mengendalikan hot money layak untuk dijajaki dan diterapkan (oleh pemerintah dan Bank Indonesia),” ujarnya.
Pengendalian hot money, lanjut Dradjad, penting untuk dilakukan guna menghindari aksi spekulasi yang mengancam stabilitas makro ekonomi nasional. Untuk itu, mulai dari pengaturan perusahaan jasa pengelola pembiayaan (fund manager) sampai perpajakan perlu ditertibkan. “Ini penting,” katanya.
Sebelumnya, Pejabat Sementara (Pjs) Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, BI sejauh ini masih memantau perkembangan terkait naiknya tren kepemilikan dana asing, khususnya di instrumen SBI. “Penjelasan kami, sejauh ini kita masih mengkaji,” ujarnya.
Menurut Darmin, BI tidak akan membuat pernyataan apapun sebelum kajian terhadap pembatasan dana asing dituntaskan. “Saya belum ingin berbicara terlalu banyak mengenai itu (pembatasan dana asing di SBI), karena itu bisa disalahartikan oleh pasar,” katanya saat terus didesak wartawan mengenai kapan kajian BI selesai.
Pemerintah Jangan Terlena
Masuknya dana asing sebesar Rp 8,1 triliun ke Indonesia, tidak harus membuat kita terlena. Peringatan itu diungkapkan Ekonom Unhas, Dr Marsuki, DEA saat dihubungi via telepon malam tadi terkait masuknya dana Rp 8,1 triliun dalam bentuk SBI (Rp 5,4 triliun), dan SUN (Rp 2,7 triliun).
Menurut Marsuki, dana asing itu adalah uang panas (hot money). Ini kata dia, salah satu bukti membaiknya pasar. Suku bunga di Indonesia, lanjut mantan pengawas BI ini, masih sangat tinggi. Demikian pula surat-surat berharga yang bunganya lebih tinggi ketimbang suku bunga bank.
Meski demikian, lanjut Marsuki, pemerintah harus berhati-hati. “Ini bukan pertanda baik. Pasar uang kita diserbu investor asing yang akan melakukan praktik spekulasi. Dan kita hanya hit and run. Kalau kondisi tidak aman, ini bisa mengancam pasar uang kita,” ucapnya.
Dia menambahkan, memang saat ini nilai indeks saham membaik. Namun, pada Februari-Maret, pasar uang Amerika juga akan mulai membaik, sementara pasar uang kita akan terpuruk karena dana itu akan ditarik kembali ke Amerika dan Eropa.
“Pemerintah harus berhati-hati. Jangan terlena, jangan mengira ini menguntungkan. Memang nilai tukar kita bagus, tapi sifatnya sementara,” dia mengingatkan. Menurut marsuki, pemerintah harus mewaspadai agar bank-bank pemerintah membatasi dana likuiditas. Pemerintah juga harus mengerem penjualan SUN, karena beban dari SUN dan SBI sudah mencapai Rp 180 triliun.
“Mata uang kita akan melemah, dan saya memprediksi, pertengahan tahun ini akan terjadi arus balik yang besar. Apalagi kalau diambil dari cadangan devisa,” ungkap Marsuki. Pengamat Moneter Internasional dari Unhas, Dr Syarkawi Rauf yang dihubungi terpisah mengungkapkan, masuknya dana asing itu adalah pertanda positif dari dunia internasional terhadap prospek pasar dalam negeri.
Itu, kata dia, tidak lepas dari pencapaian 2009, termasuk pasar dalam negeri yang memiliki aktivitas tinggi, baik saham maupun SUN, juga pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, dan keuntungan yang diraih emiten di bursa saham.
Semua itu, kata Syarkawi, dipersepsikan oleh pihak asing sebagai pertanda baik dan diindikasikan akan berlanjut ke 2010. Demikian pula risiko perekonomian kita juga lebih rendah, dengan persepsi adanya dana dari luar yang masuk dalam jumlah besar. Hanya saja, kata Syarkawi, SUN dan SBI tidak langsung ke sektor riil. Menurutnya, pemerintah harus mencarikan cara bagaimana dana itu tidak berhenti di SUN maupun SBI, tapi bisa berlanjut ke sektor riil.
Syarkawi juga mengingatkan bahwa pemain di bursa tidak banyak. Hanya 400-an orang, yang 60 persen di antaranya adalah asing. Sudah begitu, dari 40-an persen pemain domestik, kebanyakan di antaranya juga berbendera asing. Karena itu, pemerintah diminta berhati-hati dengan aliran dana keluar, serta harus berpikir agar dana itu tinggal terus dan bertahan di Indonesia.
“Pada saat keluar, akan ada gejolak nilai tukar akan terkoreksi. Yang paling penting, aliran dana itu harus mengalir ke sektor riil, harus masuk ke perusahaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Jangan lagi terlalu berharap ke APBN, karena berapa sih kemampuan APBN kita,” ujarnya.

IHSG Diprediksi Kian Menanjak

Perekonomian Indonesia di 2010 diprediksi akan kian membaik, begitu pula dengan rasa optimisme sejumlah investor di pasar modal ke depannya. Indeks harga saham gabungan (IHSG) pun diperkirakan akan mengalami penguatan pada perdagangan perdana di awal tahun 2010 ini, Senin (4/1/2010).
“Didukung dengan proyeksi ekonomi global 2010 yang akan berada di level 4 persen di 2010,” kata praktisi pasar modal David Cornelius di Jakarta.
Sementara, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diekspetasikan akan berada di level 2.5 persen. Adapun Indonesia, di tahun 2010 akan berjalan dengan proyeksi yang cukup positif, diantaranya pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, BI rate diprediksi mencapai tujuh persen, rupiah sentuh level Rp9.200, serta inflasi mampu menyentuh angka lima persen.
Tak ayal, hal tersebut akan menjadi faktor yang akan mendorong dana asing yang masuk ke Indonesia sebagai salah satu dari negara emerging market di Asia.
“Indonesia sebagai prioritas (masuknya dana asing), karena growth potential remains intact, dan memang secara sistematis terjadi decoupling ekonomi global dengan Asia,” jelasnya.
Walau demikian, David menambahkan jika market saat ini terlihat akan mengambil nafas sejenak dengan bergerak sidelines dalam waktu dekat, karena sudah mengalami masif rebound yang signifikan sejak akhir kuartal I-2009 lalu.
Sehingga dalam pandangan short-term, maka akan ada market noise yang tercermin dalam tingginya tingkat volatilitasnya sebagai momentum dari oportuniti eksposure kenaikan jangka panjang valuasi.
Kendati begitu, ia menjelaskan jika pada tahun ini indeks akan berada dalam kisaran level psikologis 2.800-3.000 yaitu, dengan disokong oleh excess liquidity ke emerging market. “Karena outlook dengan earnings upgrade pemulihan ekonomi 2010,” tambahnya.
Dengan pilihan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Bank Rekyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Telekomunikasi Internasional Tbk (TLKM).
Sebelumnya, penutupan IHSG akhir 2009, hanya berhasil naik 15,362 poin atau setara 0,61 persen ke posisi 2.534,356.
Penguatan juga didukung oleh menghijaunya sejumlah sektor yang dipimpin oleh sektor manufaktur yang menguat hanya sebesar 6,26 poin, sedangkan saham sektor pertambangan dan perkebunan terkoreksi masing-masing 18 poin dan 4,72 poin.
Volume perdagangan saham Rabu (30/12/2009) sore tercatat sebanyak 2,803 miliar lembar saham senilai Rp2,111 triliun, dengan total transaksi mencapai 63.996 kali. Saham yang ditutup menguat 102 jenis saham, melemah 80 jenis saham, dan stagnan 84 jenis saham.

Ekonomi Asia Bisa Tumbuh Lampaui Perkiraan

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu menilai, perubahan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia yang dirilis oleh Bank Pembangunan Asia menunjukkan kondisi perekonomian global yang mulai membaik.
“Dari sisi internal, program-program stimulus meningkatkan daya beli. Dari sisi eksternalnya juga sudah membaik dan stabil untuk perdagangannya,” kata Anggito di Jakarta, Rabu (16/12). Khusus Indonesia, dia tetap optimistis pertumbuhan ekonomi 2010 akan mencapai target 5,5 persen dan melampaui 6 persen pada 2012.
Staf Khusus Menteri Keuangan, Chatib Basri, berpendapat sama. Bahkan dia yakin perekonomian Asia bisa melebihi proyeksi ADB. Apalagi, tahun depan pertumbuhan ekonomi Jepang, Cina, India, Indonesia, dan Vietnam cukup tinggi. “Jangan lupa kalau melihat pertumbuhan per kuartal Singapura bisa mencapai 20 persen,” ucapnya.
Bank Pembangunan Asia (The Asian Development Bank/ADB) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia menyusul hasil kinerja perekonomian beberapa negara pada kuartal tiga 2009 yang melebihi ekspektasi. Jika September lalu ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia tahun ini hanya 3,9 persen dan 6,4 persen tahun depan, kemarin proyeksi itu berubah menjadi 4,5 persen pada 2009 dan 6,6 persen pada 2010.
Kepala Ekonom ADB, Jong-Wha Lee, mengatakan perekonomian global telah berubah drastis. Prospek ekonomi sebagian besar kawasan tampak meningkat dari yang tampak pada September lalu. “Kebijakan stimulus fiskal dan moneter serta upaya G-3 (Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat) telah membantu perekonomian Asia Timur dan Asia Tenggara,” katanya seperti dipublikasikan situs resmi ADB.

Papua Bagian tak Terpisahkan Indonesia

Tokoh pergerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Nicolaas Jouwe (86 tahun) mengaku dirinya kembali ke Indonesia dan akan menetap tinggal di Indonesia setelah selama 40 tahun bermukim di Belanda. Ia juga mengajak seluruh rakyat Papua untuk membangun tanah Papua bersama rakyat Indonesia lainnya.
“Saya pulang ke Tanah Air Indonesia untuk selama-lamanya,” katanya saat konferensi pers usai rapat dengan Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono dan Menteri Perhubungan (Menhub), Freddy Numberi di kantor Menkokesra, Jakarta, Senin (12/1).
Ia menegaskan OPM dan Indonesia sama-sama merupakan bangsa Indonesia. Dan tidak lagi membicarakan masalah pertentangan Papua dan Indonesia. “Papua merupakan daerah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Tanah Air Indonesia yang wilayahnya dari Sabang hingga Merauke,” ujarnya.
Kini, kata Nicolaas, saatnya untuk membicarakan program-program untuk membangun tanah air ini. “Saya bangga Indonesia merupakan negara empat terbesar didunia dan negara Islam terbesar. Mari kita bangun tanah air kita,” ajaknya.
Nicolaas menyatakan bahwa suara-suara yang dilontarkan menuntut kemerdekaan oleh mereka yang masih mengaku sebagai anggota OPM hanya omong kosong belaka. “Itu hanya suara anak-anak muda yang sebenarnya tidak tahu apa-apa. Mereka hanya bisa berteriak, ‘OPM, OPM merdeka, padahal tidak tahu apa-apa,” ujar Nicolaas.
Menhub, Freddy Numberi sebagai anak kelahiran Papua mengatakan seperti halnya dengan persoalan di belahan dunia lainnya, yang terjadi di Papua juga masalah perut. “Terima kasih dibawah pimpinan SBY, tokoh ini (Nicolaas) bisa kembali ke tanah air setelah lama tinggal di Belanda. Intinya orang-orang yang mengaku OPM tersebut tidak puas dengan ekonomi. Yang penting kita pikirkan bagaimana membangun Papua,” katanya.
Indonesia juga telah memberikan dana sebesar Rp 22 Triliun untuk membangun Papua. “Papua harus sejahtera. Pemerintah Pusat harus memikirkan bagaimana mendrive pembangunan di Papua lebih baik lagi, hampir semua bupati dan gubernur orang Papua,” ujarnya.
Menkokesra, Agung Laksono mengatakan pihaknya telah melakukan diskusi dengan Nicolaas Jouwe. Menurutnya yang bersangkutan telah bertekad untuk bersama-sama rakyat membangun daerah yang dulu bernama Irian Jaya atau Irian Barat tersebut, serbagai bagian mutlak dan tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kami bersama Menhub mengajak masyarakat Papua membangun kembali Papua kedepan. Kita merupakan satu kesatuan dari Sabang sampai Merauke berpijak pada demokratisasi dan keadilan,” katanya.
Agung menegaskan tidak ada yang pemerintah janjikan pada tokoh OPM ini. Pemerintah hanya ingin Papua menjadi bagian integral, menjadi satu bangsa. Semakin kokoh dengan kesatuan Indonesia. “Kami bertemu untuk membicarakan hal yang baik kedepan,” katanya.

50% Impor Sulsel dari China

Arus lalu lintas barang impor yang masuk ke Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui Terminal Peti Kemas Makassar (TPM) mencapai 40.086 ton.
Dari total barang tersebut,50% di antaranya barang konsumsi yang diimpor dari China melalui Singapura. Manajer Operasional TPM Michael R Herrenaw mengatakan, produk impor asal China yang mendominasi, yakni pakaian, barang elektronik, serta aksesori ponsel. Selain dari China,barang lain yang masuk ke Sulsel adalah suku cadang kendaraan dari Eropa dan Jepang, kertas semen dari Swedia dan gandum dari Australia. Dia menyebutkan, potensi impor Sulsel setiap tahun mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.
“Tingginya pertumbuhan nilai impor dipengaruhi masuknya Pelabuhan Soekarno-Hatta sebagai satu dari lima pelabuhan di Indonesia yang memiliki hak melayani pelaksanaan impor langsung,” jelasnya kepada Seputar Indonesia (SI) di Makassar, kemarin. Dia menyebutkan, lima pelabuhan yang memiliki hak melayani pelaksanaan impor langsung di Indonesia, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Belawan Medan, Tanjung Perak Surabaya,Tanjung Emas Semarang, dan Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Menurutnya, kondisi tersebut membuka peluang masuknya barang dari berbagai negara di Asia ke Sulsel.
Kendati demikian, besarnya volume barang impor Sulsel menunjukkan daya beli masyarakat Sulsel yang cukup tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang memberikan efek positif. Secara umum, dia menyebutkan arus barang melalui TPM sepanjang 2009 mencapai 370.532 teus, naik sekitar 5% dibandingkan 2008 yang hanya 353.246 teus. Khusus arus barang jenis eksporimpor 2009 totalnya tumbuh 12% dibandingkan 2008. Untuk produk ekspor didominasi komoditas terigu, marmer, kakao (cokelat), hasil laut, dan jagung, dengan tujuan Amerika, Eropa, dan Asia Timur.
“Tahun ini, realisasi arus barang ditargetkan tumbuh 7% atau menjadi 386.779 teus. Pertumbuhan 7% tersebut sejalan dengan potensi pertumbuhan ekonomi daerah,”ungkapnya. Menurut dia, arus barang masih akan didominasi perdagangan dalam negeri. Sementara untuk arus kapal pada 2009 mencapai 832 kapal, naik dari 2008 yang hanya 698 kapal. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Bambang Suprijanto mengatakan, nilai impor Sulsel pada November 2009 mencapai USD40,154 juta.Nilai impor tersebut menurun sekitar USD53,302 juta dibandingkan periode Oktober 2009 sebesar USD93,456 juta.
Namun, penurunan nilai impor tersebut disebabkan turunnya nilai impor komoditas utama. “Jepang, China, dan Singapura merupakan negara-negara pemasok barang impor terbesar ke Sulsel dengan komoditas elektroniknya sepanjang 2009,”tuturnya. Khusus November 2009, berdasarkan data BPS,Australia merupakan negara pemasok barang impor terbesar dengan nilai USD17,981 juta,disusul Rusia dengan nilai USD6,320 juta, Afrika Selatan USD6,747 juta,dan impor dari China dengan nilai USD5,482 juta.

RI-Jepang Kembangkan 3 Kluster Agro Industri

Pemerintah Indonesia dan Jepang akan mendorong pengembangan tiga kluster industri berbasis agro. Ketiganya, yakni kawasan industri Semangke Kuala Tanjung di bagian selatan Sumatera, Dumai di Riau, dan Maloi di Kalimantan.
Menurut Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti, Jepang merupakan mitra dagang penting bagi produk pertanian Indonesia. Enam koridor ekonomi yang sudah dirancang oleh pemerintah akan ditawarkan kepada investor Jepang.
“Pertanian berkepentingan dengan terwujudnya koridor ekonomi karena tiga dari enam koridor ekonomi yang diajukan akan sangat mendukung perkembangan pertanian,” kata dia di Jakarta, Senin 11 Januari 2010.
Kawasan Sumatera, dia menambahkan, akan menjadi andalan untuk antisipasi dan memberi nilai tambah pada komoditi unggulan di Sumatera yang akan booming dalam beberapa tahun ke depan.
Semangke Kuala Tanjung di bagian selatan Sumatra Utara akan bekerjasama dengan PTPN III. Sementara, di Dumai Riau akan dikembangkan di kawasan industrinya. Sama halnya dengan Maloi, akan menjadi andalan dengan pembangunan infrastruktur yang mendukung.
“Jadi konsepnya akan seperti koridor ekonomi Delhi-Mumbai, dimana infrastruktur dibangun secara terpadu dengan listrik dan transportasi yang dikaitkan dengan potensi ekonomi daerah,” kata dia.

Pertumbuhan Ekonomi Dunia Akan Naik Tajam

Pertumbuhan ekonomi dunia diramalkan anak naik tajam di tahun 2010 menjadi 3,1 persen dibanding tahun 2009 yang hanya -1,1 persen berdasarkan proyeksi terakhir Internasional Monetary Fund (IMF). Hal tersebut disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Faisal Basri dalam jumpa pers “Prospek dan Tantangan Ekonomi 2010 di Menara Kadin, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Selasa (12/1/2010).
“Tak satupun negara pertumbuhannya minus. Bahkan ekspansi pertumbuhan akan lebih tunggi dari krisis 2008. Jika masih rendah dari 2008, tandanya masih recovery krisis seperti Amerika,” ujar Faisal Basri.
Dilihat dari pertumbuhan ekonomi di triwulan ketiga 2009, sejumlah negara utama di belahan dunia telah menunjukkan pemulihan ekonomi yang berarti. Di Asia Tengara misalnya, pertumbuhan Ekonomi Singapura naik dua dijit menjadi 14,2 persen pada triwulan ketiga 2009. Melihat kondisi demikian maka diramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi di ASEAN pada 2010 akan meningkat menjadi 4 persen dari 0,7 persen menurut IMF.
Pertumbuhan ekonomi yang akan menguat terlihat dari dua indikator yakni produksi sektor industri dan nilai ekspor. Kedua indikator tersebut juga memberi pertanda kuat bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Hampir semua indikator menunjukkan nilai yang berarti. Makro ekonomi kita relatif menuju ke arah yang lebih baik, SBI naik terus,” kata Faisal Basri.
Meskipun demikian, menurut Faisal Basri, Indonesia tetap tidak boleh lengah dalam memanfaatkan momen peningkatan pertumbuhan ekonomi ini. “Tapi nggak boleh lengah, karena api cepat redup diterpa angin,” imbuh Faisal.

Berdaganglah Sampai ke China

China yang dimulai pada 1 Januari 2010 untuk negara Asean utama (Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, Singapura dan Brunai) menyentak kalangan industri Indonesia, terutama di tengah serbuan produk ekspor China yang masif dan murah. Ada yang merespon sebagai kerugian, namun tidak sedikit pula yang melihatnya sebagai peluang karena toh Indonesia juga mengekspor ke China.
Berabad-abad yang lampau, Nusantara telah terlibat dalam perdagangan internasional dengan bangsa China, Arab, dan India. Pengaruh perdagangan itu membawa kemakmuran utamanya di kota-kota pelabuhan nusantara dan peradaban baru yang mewarnai sejarah nusantara, sampai akhirnya kolonialisme bangsa Eropa mendistorsi perdagangan bebas yang telah berlangsung berabad-abad lamanya itu.
Ekspedisi dagang (sekaligus militer) penting nusantara dengan Kekaisaran China mencatat perjalanan penting seorang Admiral Cheng Ho. Dalam empat kali persinggahannya di pelabuhan Palembang, ia berhasil menumpas lanun China yang berpangkalan di Palembang yang acap merompak kapal dagang. Kehebatan perjalanan Admiral Cheng Ho digambarkan dengan Kapal Christhoper Columbus yang bisa diletakkan di Geladak kapal komando Admiral Cheng Ho.
Saudagar Palembang pun amat terkenal di nusantara terutama pada periode pra kemerdekaan dan beberapa dasawarsa pasca kemerdekaan.
Kepialangan dan kepiawaian berdagang pernah ditunjukkan AK. Gani dengan pedagang Singapura untuk membiayai perang kemerdekaan. Batanghari Sembilan pernah menjadi urat nadi perdagangan sampai pedalaman Sumatera Selatan. Belum lagi sosok Syarnubi Said (Kramayudha Tiga Berlian) juga dapat menjadi representasi kemampuan dagang “wong kito”
Manfaat Perdagangan
Berdasarkan teori keuntungan komparatif, perdagangan antar negara tidak memerlukan kebijakan perdagangan atau intervensi pemerintah untuk mempengaruhi arah perdagangan yang diciptakan oleh pasar bebas. Alasannya adalah perdagangan secara efektif dapat memperluas batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) pada masing-masing negara.
Dengan kata lain kuantitas suatu komoditas ekspor dapat ditransformasi menjadi kuantitas dari komoditas impor lainnya, sehingga masing-masing negara dapat menghasilkan output yang lebih banyak dari sebelum adanya perdagangan. Dengan demikian masing-masing negara mempunyai banyak pilihan dan dapat mengkonsumsi lebih banyak atas produk yang diinginkan yang dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan kemakmuran bagi negaranya.
Dahulu kita sering mendengar ungkapan di masyarakat “kalau mau kaya berdagang”. Artinya masyarakat telah memiliki referensi bahwa orang kaya di sekitar lingkungannya umumnya karena berdagang dan dengan demikian membentuk suatu peradaban (budaya) yang dipengaruhi aktivitas perdagangan. Tentu kita tahu dengan istilah “lokak” yang sebenarnya menunjukkan adanya motivasi mencapai kesejahteraan dengan kegiatan perdagangan.
Jelaslah bahwa perdangangan yang adil dan bebas dimana ekspor dan impor diperlakukan sama akan memberi dampak positif terhadap kenaikan output dan volume perdagangan (ekspor & impor). Bagi Sumatera Selatan penerimaan ekspor memainkan peranan penting karena struktur PDRB Sumatera Selatan ditunjukkan oleh peran ekspor yang mencapai rata-rata 40 persen terhadap PDRB. Hal demikian berarti perkembangan PDRB Sumatera Selatan sangat dipengaruhi ekspor (export led growth). Ekspor juga dapat mengurangi tekanan terhadap kebutuhan utang pemerintah dan penanaman modal asing demi mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
Memang terdapat kekhawatiran tentang turunnya penerimaan negara dari tarif masuk. Porsi Asean รป China terhadap pos tarif hanya 25 persen, sehingga masih ada penerimaan negara yang cukup besar dari negara non-FTA. Dari sisi ekspor, porsi FTA Asean-China mencakup 20 persen total perdagangan Indonesia. Dari sisi impor Indonesia, ASEAN mencakup 22 persen dan China 12,02 persen. Jadi sebenarnya tidak tercipta ketergantungan melainkan saling membutuhkan antara ASEAN-China.
Perbaikan Kelembagaan
Untuk membuat produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor bukan karena tariff tetapi lebih kepada perbaikan dalam kelembagaan sehingga ekspor kita bisa bersaing dengan China.
Memang ekonomi China begitu kuat, namun di sisi lain kita juga tahu bahwa pembajakan, penyeludupan, dan produk berbahaya mewarnai industri China. Belum lagi proteksionisme lokal yang kuat untuk melindungi pekerja dan ekonominya merupakan bagian yang juga mendukung perdagangan China.
Akan tapi bagi masyarakat Sumsel tidaklah perlu memberikan penilaian negatif terhadap hal tersebut, yang lebih penting adalah bagaimana memacu ekspor Sumatera Selatan. Sebagai daerah yang mempunyai keunggulan pada sektor pertanian dan industri pengolahan dalam jangka pendek dapat meningkatkan daya saing melalui pengembangan ekonomi kreatif, memfasilitasi kewirausahaan, menggerakkan sektor riil dengan kredit perbankan yang murah dan memberantas korupsi sehingga kemampuan bersaing meningkat. Dalam jangka panjang perlu adanya perbaikan dan penyediaan infrastruktur yang layak terutama pembangkit tenaga listrik dan jalan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Disamping itu perlu diciptakan peranti impor non tariffs seperti standarisasi produk dan sertifikasi halal dan sehat agar produk dalam negeri mampu bersaing di pasar dalam negeri.
Mitra dagang utama
Bagi Sumatera Selatan, China merupakan mitra dagang yang sangat penting karena China sebagai negara tujuan utama ekspor Sumatera Selatan yang mencapai pangsa 30,88 persen, namun sebagai negara pembeli hanya 3,8 persen. Sementara Singapura sebagai negara pembeli mencapai 78 persen karena mereka menguasi channel distribusi, yang berarti ekspor Sumatera Selatan diperdagangkan melalui perantaraan Singapura dengan memberikan nilai tambah pada produk ekspor tersebut.
Penciptaan nilai tambah pada produk yang diperdagangkan perlu mendapatkan prioritas agar dapat mendukung perekonomian regional. Apalagi dengan diberlakukannya free trade diharapkan pangsa tujuan ekspor ke China semakin meningkat.
Pelaku industri lokal juga perlu menyadari bahwa faktanya produk China lebih dipilih konsumen daripada produk mereka dan oleh karenanya mereka juga tidak perlu mengandalkan jargon patriotik. Justru seyogyanya mereka menjadi terpacu untuk menciptakan produk yang dicintai di negeri sendiri dan piawai berdagang walau sampai ke negeri China.

Korupsi dan kekuasaan

Korupsi dan Kekuasaan ibarat dua sisi mata uang. Korupsi selalu mengiringi perjalanan kekuasaan dan sebaliknya, kekuasaan merupakan pintu masuk bagi tindak korupsi.
Makna korupsi dari beragam defenisi korupsi pada dasarnya adalah perilaku yang menyimpang dari aturan etis formal, menyangkut tindakan etis formal seseorang dalam posisi otoritas publik yang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan, kekuasaan dan status. Korupsi juga sering dimengerti sebagai penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk keuntungan pribadi, namun korupsi juga bisa dimengerti sebagai perilaku tidak mematuhi prinsip ”mempertahankan jarak”, artinya dalam pengambilan kebijakan baik di sektor swasta atau oleh pejabat publik, hubungan pribadi atau keluarga tidak memainkan peranan.
Krisis yang terjadi di indonesia bermula dari kemerosotan nilai tukar rupiah. Karena penanganan yang bertele-tele yang jauh menyentuh akar permasalahannya, krisis merembet hampir keseluruh aspek perekonomian, sehingga menjelmalah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Penyakit-penyakit ekonomi yang selama ini tertutupi oleh “gemerlap” indikator-indikator makro ekonomi dan serangkaian pujian dari lembaga-lembaga international satu demi satu terungkap. Semakin nyata pula bahwa penyakit – penyakit ekonomi itubukan semata-mata Berasal dari faktor-faktor ekonomi, melainkan juga sebagai produk dari sistem dan mekanisme politik yang tidak sehat.
Sekali prinsip mempertahankan jarak itu dilanggar dan keputusan dibuat bedasarkan hubungan pribadi atau keluarga, maka korupsi akan timbul. Contohnya konflik kepentingan dan nepotisme. Prinsip mempertahankan jarak itu adalah landasan bagi organisasi apapun untuk mencapai efisiensi.
Gambaran buram tentang kekuasaan dikarenakan kita sering merujuk praktik kekuasaan yang digenggam oleh politisi busuk. Akan tetapi, kekuasaan itu cenderung korup sebenarnya bisa ditepis ketika hadir kekuasaan yang amanah,adil,dan demokratis serta memiliki visi dan komitmen tentang clean government and good gevernance.
Kepemimpinan yang amanah adalah kepemimpinan yang mengedepankan keteladanan, transparansi dan akuntabilitas dalam memegang kekuasaan.
Kepemimpinan yang adil adalah kepemimpinan yang mengedepankan supremasi hukum dan memberlakukan hokum bagi semua pihak atas dasar rasa keadilan masyarakat tanpa sikap diskrimatif.
Kepemimpinan yang demokratis adalah kepemimpinan yang partisipatif.
Disinilah urgensi kita harus memilih pemimpin yang memenuhi kriteria itu, bagaimana mungkin kita menyapu lantai dengan sapu yang kotor. Ketidak berdayaan hukum dihadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen dari elite pemerintahan menjadi factor penyebab mengapa KKN masih tumbuh subur di Indonesia.
Untuk memilih pemimpin, kini telah menemukan kembali momentumnya melelui Pemilu dan Pilpres. Dalam prespektif demokrasi, pemilu memiliki dua fungsi pokok, pertama sebagai saran memperbaharui dan memperkokoh legitimasi politik penguasa yang sedang berjalan. Hal itu terjadi jika pemerintah dan partai yang berkuasa aspiratif bagi kepentingan rakyat, melaksanakan agenda reformasi, menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Kedua sebagai sarana mendelegilimasi pemerintah lama dalam bentuk pemerintahan baru. Jika pemerintah dan partai yang berkuasa tidak aspiratif, mengabaikan amanah reformasi, pemilu menjadi momentum untuk melakukan suksesi kepemimpinan nasional, baik level eksekutif maupun legislatif dari pusat hingga daerah.
Awalnya Adalah Dari Penguasa
Penguasa yang memberikan akses kepada pengusaha untuk mengekploitasikan ekonomi tentu hampir bias dipastikan akan merugikan konsumen atau masyarakat luas. Dilain pihak pengusaha diuntungkan. Namun bagian dari keuntungan tersebut harus diserahkan kepada pemberi akses(penguasa). Apakah perekonomian secara keseluruhan dirugikan? Kerugian konsumen hampir selalu lebih besar dari keuntungan pengusaha dan penguasa.
Dari ilustrasi di atas, satu hal yang menonjol adalah aspek redistribusi manfaat yang terjadi dari konsumen (masyarakat) kepada pengusaha dan penguasa. Praktek-praktek seperti ini sangat banyak terjadi, misalnya pada kasus tata niaga terigu, cengkeh, gula, minyak sawit, beras, dan premix; lalu pada kasus jalan tol, IPTN, maskapai penerbangan Sempati, Bandara di Batam. Ini yang besar-benar. Masih banyak lagi untuk kasus berskala menengah, apalagi yang kecil-kecil.
Dampaknya Pada Sosok Ekonomi
Yang pasti praktek-praktek yang mendistorsi perekonomian akan menyebabkan alokasi sumber daya menjadi tidak optimal, sehingga lambat-laun memperlemah potensi perekonomian untuk tumbuh dan berkembang dengan basis yang kokoh. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekalipun cukup tinggi tetapi lebih rendah dari yang dicapai oleh negara-negara sekawasan. Kalau kita sekedar ingin menduga besarnya nilai ekonomi dari korupsi dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya, maka kita tinggal menghitung selisih tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata negara sekawan dengan perumbuhan ekonomi Indonesia, lagi selisih itu dikalikan dengan nilai Produk Domestik Bruto Indonesia. Angkanya mencapai triliunan rupiah.
Dampak kedua terlihat dari lemahnya sosok perekonomian. Sektor-sektor yang tumbuh pesat adalah justru yang basisnya lemah, sehingga mudah diterpa badai globalisasi dan liberalisasi. Sebaliknya, sektor-sektor yang potensial yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif tidak mampu berkembang dengan optimal. Akibat selanjutnya adalah alokasi sumber daya, termasuk sumber daya manusia, semakin terkonsentrasi pada sector-sektor penghasil rente yang sangat distortif.
Dampak ketiga terlihat pada distribusi pendapatan yang semakin timpang dan penguasaan kekayaan yang semakin terpusat, yang mekanisme transmisinya telah dijelaskan di muka.
Birokrasi Dan Korupsi
Sosok birokrasi Indonesia dewasa ini tak terlepas dari sejarah panjang masa penjajahan Belanda dan Jepang serta konstelasi politik pascakemerdekaan. Di masa penjajahan birokrasi lokal merupakan perpanjangan tangan dari pemerintahan kolonial. Para pemimpin di tingkat lokal memperoleh legitimasi dari penguasa kolonial. Sekalipun terjadi beberapa upaya untuk lebih menempatkan birokrasi lokal sebagai pelayan masyarakat, namun dalam kenyataan pada umumnya birokrasi lokal yang didominasi oleh kalangan priyayi sampai batas-batas tertentu lebih mengutamakan kepentingan mereka sendiri.
Dalam menghadapi era baru yang ditandai oleh semakin kompleksnya tuntutan masyarakat serta persaingan yang kian tajam dalam percaturan global, birokrasi dituntut untuk lebih peka terhadap perubahan- perubahan di atas. Birokrasi tidak saja dituntut untuk lebih efisien dan produktif, melainkan juga turut berperan dalam mengantarkan masyarakat Indonesia menghadapi tantangan-tantangan baru. Dengan kata lain dituntut adanya pembaruan di dalam birokrasi Indonesia.
Birokrasi yang jujur dan bersih, maka kita bisa berharap sosok penguasa yang selalu berada pada relnya. Dengan begitu baru kita bisa mewujudkan masyarakat madani.

kelompok sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat mempengaruhi perilaku para anggotanya.
Macam kelompok sosial
Sekolah merupakan salah satu contoh kelompok sosial
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
* Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
* Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
* Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
* Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.
Faktor pembentuk
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok
Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Pembentukan norma kelompok
Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok