Saturday, January 1, 2011

Penyerapan Anggaran Masih Jadi Tantangan 2011

Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan lambatnya penyerapan anggaran masih akan menjadi tantangan pada 2011. “Daya serap belanja pemerintah pusat dan daerah masih tetap menjadi ancaman terhadap kesinambungan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi pada 2011,” ungkap Ketua KEN, Chaerul Tanjung dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia 2011 di Jakarta, Senin (20/12).
Pada 2010, APBN 2010 tampak memiliki niat yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu terlihat dari rasio defisit APBN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 2,1 % . Defisit direncanakan sebesar itu karena didorong rencana pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai proyek pembangunan.
Namun rendahnya realisasi anggaran menyebabkan kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi relatif rendah. Dalam tiga triwulan pertama 2010, pertumbuhan konsumsi pemerintah baru mencapai minus 4,6 %. Hal ini perlu diperhatikan dan diperbaiki di masa mendatang.
Menurut KEN, selain daya serap anggaran, pekerjaan rumah yang masih tertunda selama beberapa tahun ini antara lain keterbatasan penyediaan infrastruktur, dan pengendalian pembengkakan subsidi energi.
Tantangan lain di 2011 antara lain kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset dan inflasi karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal asing, risiko terhentinya arus modal masuk bahkan penarikan kembali dalam jumlah besar. Tantangan dan risiko lain adalah peningkatan daya saing, risiko berkaitan dengan politik/hukum, dan risiko perubahan iklim, bencana alam, dan krisis keuangan.
Mengenai prospek perekonomian Indonesia 2011, KEN memperkirakan masih mengalami perbaikan dan tumbuh di kisaran 6,4 %. Pertumbuhan diharapkan disumbangkan oleh pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga dan kenaikan pertumbuhan ekspor.
Belanja pemerintah diperkirakan lebih baik setelah pemerintah belajar dari tahun ini. Mereka diharapkan melakukan perbaikan sistem, proses, prosedur penganggaran dan belanja baik pusat maupun daerah. “Kami menatap 2011 dengan optimis, namun tidak mengesampingkan risiko-risiko yang mungkin terjadi dan antisipasi yang perlu dilakukan,” kata Chaerul Tanjung.
Dia juga menilai masyarakat Indonesia masih cederung pemalas. Menurutnya, bila ada perubahan pola pikir (mindset) maka bisa menjadi bangsa yang bekerja keras dan perbaikan ekonomi bisa terjadi lebih cepat. “Bangsa kita ini agak sedikit malas, karena gemah ripah loh jinawi. Kerja sedikit tetap makan kok,” ujar Chairul.
Berdasar pengalamannya yang pernah belajar di China, ia mengungkapkan bahwa negara sosialis komunis tersebut melakukan transformasi mindset terhadap masyarakatnya. “Pada tahun 1978 mindset dirubah, di mana di sana itu orang miskin atau kemiskinan itu bukan bagian dari sosialisme. Dan kaya adalah hak orang sosialis,” ujarnya.
Dengan demikian, Indonesia harus dapat mengubah pola pikirnya menjadi bangsa yang bekerja keras. Karena, dengan bekerja keras perbaikan ekonomi akan terdorong dan bahkan pertumbuhannya bisa mencapai 8%. “Kita rubah bangsa ini dengan bekerja lebih keras jangan cepat berpuas diri agar bisa tumbuh ekonomi kita dari mencapai 7% bahkan sampai 8% ke depan,” ujarnya.
Selain itu, Chairul berharap adanya kerja sama dengan semua pihak terutama dunia usaha. Pasalnya, peran pemerintah akan semakin kecil nantinya dalam perekonomian, karena akan beralih ke sektor dunia usaha.

No comments:

Post a Comment